Setiap Jejak Tulisan Pertamaku
Tulisan
pertama. Rasanya aku sudah lupa tentang itu. Yang aku ingat, aku sudah senang
menulis sejak SD. Aku yang suka iri –untung saja tidak sampai dengki, hehe–
melihat temanku bisa menulis puisi, lalu membacakannya di atas panggung saat
peresmian gedung baru SD-ku, bahkan menggunakan bahasa inggris. Ugh, aku Cuma
bisa melihatnya latihan saja bersama guru bahasa inggrisku. Ih aku Cuma bisa
menggerutu –sambil kagum juga sih– melihatnya latihan dengan bahasa inggris.
Ya, aku ingin sekali menjadi dirinya saat itu. Tampil di depan teman-tema,
guru, pemilik yayasan sekolah, dan terutama orang tua. Pasti itu rasanya membanggakan
sekali.
Ya,
memang membanggakan bisa menjadi seperti yang kita harapkan dan itu juga
terjadi pada diriku. Ntah, seingatku ini bukan tulisan pertamaku. Tapi aku
mencoba mengingat! Aku suka menulis sudah sejak keals 4 atau 5 SD dan itu
bermula dengan menulis diary dan
puisi. Aku ingat. Aku menulis tentang pertama kalinya aku suka dengan salah
seorang teman sekelasku. Ahahaha... rasanya malu sekali jika mengu\ingat hal
itu. Anak kelas 4 SD bisa suka dengan teman sekelasnya? Haha, tapi itu jadi
cerita lucu tersendri untukku. Ya, sejak itu aku suka menuangkan apa yang ku
rasa, apa yang terjadi padaku, dan apa yang aku inginkan di dalam diary itu.
Diary
menjadi barang keramat untukku. Semua hal ku tulis di sana dan aku tak ingin
orang lain memengang buku itu. Kenapa? Tentu saja aku tak ingin semua isi
hatiku terbongkar. Hemm, tapi itu semua berantakan ketika aku di kelas 6 SD.
Salahnya, aku mmembawa buku keramat itu ke sekolah dan akirnya teman-temanku
membacanya ketika aku keluar kelas. Ah, aku marah sekali saat itu.
Tapi
kemarahan itu semakin lama akhirnya mereda. Tahulah teman, marahnya seornag
anak SD hanya bertahan beberapa saat. Hal ini terbukti aku yang tiba-tiba nekat
ikut lomba menulis puisi. Aku bersama 5 orang teman, termasuk dia yang ku
cemburui –sampai SMP ternyata– mengirim beberapa puisi yang kami punya untuk
dilombakan. Aku mengirim dua buah puisi. Puisi pertama, tentang seorang Ibu.
Ntah dapat ide dari mana, aku membuat puisi dengan membayangkan seorang ibu
yang cacat. Seorang ibu yang buat dan lumpuh, tapi anaknya akan tetap
mengatakan bahwa wanita itu tetaplah ibu yang paling ia cintai meski keadaannya
tak lagi sempurna. Kedua, aku menulis puisi tentang warna putih, yang berarti
ketulusan.
Lalu,
kau tahu teman, puisi tentang ibu itu bisa membawaku menjadi juara harapan 1
tingkat nasioanl. Subhanallah, itu
pengalaman pertamaku menjadi juara lomba puisi, dan mendapatkan seabrek hadiah.
Teman, kau tanya hadiahnya? Untuk pertama kalinya, aku bisa memegang uang satu
juta rupiah dengan tanganku sendiri. Lalu aku mendapatkan belasan buku sastra
dan Bahasa Indonesia. Kau tahu, saat itu aku mampu mengalahkan banyak peeserta
dari berbagai provinsi, termasuk mengalahkan dia, sesorang yang membuatku iri
dengan kemampuannya.
Yah,
tapi itu tak membuatku terlalu berbesar kepala. Aku tak mempedulikan bagaimana
pandangan orang terhadapku. Sama sekali aku tak peduli. Yang aku peduli, aku
bisa menulis, ikut lomba menulis dan memenangkannya, lalu membanggakan orangtua
ku.
Lalu,
tulisan pertamaku dalam bentuk artikel, ku buat saat SMP ketika diminta guruku
mengikuti lomba menulis artikel di salah satu SMA favorit di kotaku dan itu
dilaksanakan se-Sumbagsel (Sumatera bagian Selatan). Ya, aku bersama seorang
temanku selalu lembur setiap sore sepulang sekolah untuk menyelesaikan artikel
kami. Hmm, saat itu aku mengambil tema tentang partai-partai besar di Indonesia
dan berbagai pencitraan yang mereka lakukan.
Kau
tahu hasilnya? Kami menang. Ya, aku dan temanku bisa menyabet 2 juara. Dia
sebagai pemenang pertama, dan aku ketiga. Ya, luar biasa. Aku bisa berjalan
setingkat dalam dunia menulis ketika di SMP.
Selanjutnya,
tulisan pertamaku meninggalkan jejak dalam dunia karya tulis yang kusentuh saat
SMA. Aku iseng mengikuti lomba yang diadakan BPTP di provinsiku, Bengkulu.
Awalnya, aku hanya melihat teman-teman sekelasku yang berbicara banyak
inovasi-inovasi baru di bidang pertanian. Setelah sekian lama, akhirnya aku
tertarik untuk ikut juga. Akhirnya aku mencari teman dan kami langsung membahas
ide yang akan kami angkat.
Setelah
menemukan ide, kami segera mengkonsultasikannya dengan seorang guru. Meski saat
bimbingan kami sedikit tersisih dengan kelompok-kelompok yang lain. Yah, itu
karena kami belum punya ide yang cermerlang. Namun akhirnya, aku dan kedua
temanku dapat menyelesaikan karya tulis itu juga. Lalu ketika lomba tingkat
provinsi, kami mendapat juara pertama dan berhak mengikuti tahap selanjutnya di
tingkat nasional. Subhanallah,
seperti mimpi. Aku bisa keluar kota tanpa harus mengeluarkan uang yang terlalu
banyak. Aku, kedua temanku dan pembimbingku dibiayai oleh pemerintah.
Lomba
untuk tingkat nasional, dilakukan di Bogor. Ketika lomba, awalnya aku merasa
pesimis karena melihat saingan-saingan yang luar biasa dengan ide mereka
masing-masing. Lalu, saat pengumunan, ternyata aku dan kelompokku bisa menjadi
juara favorit. Subhanallah, aku bersyukur.
Aku tak pernh menyangka ini bisa ku rasakan.
Hemm,
selanjutnya, aku mulai mencoba menulis cerpen dan tulisan non fiksi. Yah,
teman, doakan saja, aku bisa menjadi penulis yang mampu membawa pembaca masuk
ke dalam dunia tulisanku dan mendapatkan hal bermanfaat darinya. Aamiin..
terima kasih
**sekali lagi, cerita yang kuikutkan lomba di fb, hehe :) 15-4-2013
Komentar
Posting Komentar