Lihat Lebih Jauh
Bismillahirrohamnirrohim...
Sejak kapan tahun, terakhir aku menulis?
Ntahlah, rasanya sudah berwaktu-waktu yang berlalu tanpa ada tulisan apapun dari sesosok lemah ini.
Malam ini, aku berkesempatan untuk ditampar hatinya.
Sedikit berbagi saja. Tentang menilai seseorang.
Selepas sholat maghrib, dengan tanpa rasa berat sedikitpun mengatakan bahwa aku senang dan ringan saja menjadi aku yang seperti masa sekolah dulu (red : bebas bersikap) ketika tak dilingkari dengan suasana seperti bulan-bulan sebelumnya.
Ringan saja aku mengatakan aku bahagia. Padahal banyak yang tidak bahagia dengan apa yang aku lakukan.
Ringan saja aku mengatakan aku suka. Padahal banyak yang tidak suka dengan apa yang aku lakukan.
Ini bukan tentang aku yang tidak mampu menjadi diri sendiri. Tapi sungguh, ini tentang bagaimana au menjadi dirimu sendiri tanpa melukai yang lainnya. Aku menjadi diri sendiri tanpa harus mengecewakan yang lainnya. Ya, seperti aku yang sebelum-sebelumnya.
---
Bahkan, ringan saja aku menyepelekan seseorang yang menurutku kurang akan sesuatu. Aku menganggap, ya sudah terserah, aku NGGAK BAKAL begini atau begitu juga. Ah, aku mendahului takdir.
Aku menganggap mereka bukan apa-apa dan aku tak perlu risau dengan sikapku. Aku menganggap mereka biasa saja dan aku tak perlu ragukan pilihanku.
Tuhan, betapa sombongnya diri ini.
Tanpa sadar aku meremehkan Tuhan Sang Pemberi Hidayah
Tanpa sadar aku menyepelekan Tuhan Sang Penjaga Hidayah
Tanpa sadar aku menghilangkan pikiran akan Tuhan Sang Penarik Hidayah
Hidayah itu urusan Tuhan
Bagaimana bisa aku melakukan ini hanya karena hidayah yang belum menyapa mereka.
Bagaimana bisa aku bersikap begitu hanya karena aku menganggap aku sudah mendapat hidayah dan mereka belum.
Betapa rendah.
Betapa pendek pikiranku.
Sekali lagi, kau tak bisa mendahului takdir.
Kau tak bisa memberi penetapan pada sesuatu yang bukan atas ketetapanmu.
Kau tak bisa menganggap kau lebih baik dari mereka, karena kau endiri tak atau apakah Rabb akan menarik hidayah itu dari hatimu esok hari.
_Tak ada paksaan dalam agama_
_Doakan dirimu sendiri agar hidayah itu tetap menempel padamu dan semakin rekat di hatimu
_Doakan yang lainnya agar hidayah itu semakin merekat pada yang belum rekat, semakin mendekat pada yang belum dekat, semakin terlihat pada yang belum terlihat.
#Ini aku yang baru akan memulai pendakian hati manusia agar terus menghargai merea satu per satu supaya hidayah tetap merekat padaku.
Lihat lebih jauh dari yang seharusnya, agar kau terus semakin memahami dan mendapat banyak hikmah di setiap yang kau alami.
-pojok 3 RCA-
Sejak kapan tahun, terakhir aku menulis?
Ntahlah, rasanya sudah berwaktu-waktu yang berlalu tanpa ada tulisan apapun dari sesosok lemah ini.
Malam ini, aku berkesempatan untuk ditampar hatinya.
Sedikit berbagi saja. Tentang menilai seseorang.
Selepas sholat maghrib, dengan tanpa rasa berat sedikitpun mengatakan bahwa aku senang dan ringan saja menjadi aku yang seperti masa sekolah dulu (red : bebas bersikap) ketika tak dilingkari dengan suasana seperti bulan-bulan sebelumnya.
Ringan saja aku mengatakan aku bahagia. Padahal banyak yang tidak bahagia dengan apa yang aku lakukan.
Ringan saja aku mengatakan aku suka. Padahal banyak yang tidak suka dengan apa yang aku lakukan.
Ini bukan tentang aku yang tidak mampu menjadi diri sendiri. Tapi sungguh, ini tentang bagaimana au menjadi dirimu sendiri tanpa melukai yang lainnya. Aku menjadi diri sendiri tanpa harus mengecewakan yang lainnya. Ya, seperti aku yang sebelum-sebelumnya.
---
Bahkan, ringan saja aku menyepelekan seseorang yang menurutku kurang akan sesuatu. Aku menganggap, ya sudah terserah, aku NGGAK BAKAL begini atau begitu juga. Ah, aku mendahului takdir.
Aku menganggap mereka bukan apa-apa dan aku tak perlu risau dengan sikapku. Aku menganggap mereka biasa saja dan aku tak perlu ragukan pilihanku.
Tuhan, betapa sombongnya diri ini.
Tanpa sadar aku meremehkan Tuhan Sang Pemberi Hidayah
Tanpa sadar aku menyepelekan Tuhan Sang Penjaga Hidayah
Tanpa sadar aku menghilangkan pikiran akan Tuhan Sang Penarik Hidayah
Hidayah itu urusan Tuhan
Bagaimana bisa aku melakukan ini hanya karena hidayah yang belum menyapa mereka.
Bagaimana bisa aku bersikap begitu hanya karena aku menganggap aku sudah mendapat hidayah dan mereka belum.
Betapa rendah.
Betapa pendek pikiranku.
Sekali lagi, kau tak bisa mendahului takdir.
Kau tak bisa memberi penetapan pada sesuatu yang bukan atas ketetapanmu.
Kau tak bisa menganggap kau lebih baik dari mereka, karena kau endiri tak atau apakah Rabb akan menarik hidayah itu dari hatimu esok hari.
_Tak ada paksaan dalam agama_
_Doakan dirimu sendiri agar hidayah itu tetap menempel padamu dan semakin rekat di hatimu
_Doakan yang lainnya agar hidayah itu semakin merekat pada yang belum rekat, semakin mendekat pada yang belum dekat, semakin terlihat pada yang belum terlihat.
#Ini aku yang baru akan memulai pendakian hati manusia agar terus menghargai merea satu per satu supaya hidayah tetap merekat padaku.
Lihat lebih jauh dari yang seharusnya, agar kau terus semakin memahami dan mendapat banyak hikmah di setiap yang kau alami.
-pojok 3 RCA-
Komentar
Posting Komentar