Refleksi Kuliah Pertama Filsafat Pendidikan Matematika



Dosen : Prof. Dr. Marsigit, M. A.
Rabu, 16 September 2015
12.40 – 13.50 WIB
R. PPG 1

Judul :
Pada perkuliahan filsafat matematika kemarin, bapak Marsigit menyampaikan berbagai macam nama filsafat pendidikan dimana kesemuanya masih relevan digunakan sampai saat ini. Jika ditarik, maka pembahasan generalnya ialah mengenai filsafat. Kuliah filsafat pendidikan itu juga banyak. Tergantung dari mana pemenggalannya. Misal, ada filsafat pendidikan, amaka ada filsafat yang lain. Bisa disebut hingga tak mampu menyebut lagi. Misal, filsafat geografi, ada filsafat utara, selatan, timur, dan barat.


Dalam filsafat, benda bisa difilsafatkan. Semua hal ada sintaknya atau urutannya yang tidak boleh diubah-ubah. Layaknya memasak tempe. Dikupas, kuali dicuci, kuali diletak dengan benar,hidupkan api kompor, menuang minyak, menggoreng. Itu sintak, apa filsafatnya? Ada kah? Jelas ada! Berbibu macam filsafatnya. Disana, berlaku hukum sebab akibat, supaya bisa menggoreng, berarti minyaknya harus terkumpul. Sehingga kuali diletakkan dengan sempurna dengan posisi cekungannya di bawah. Jika terbalik meletakkan kuali, jelas minyaknya tidak akan terkumpul.
 
Dalam filsafat, meskipun akan melaukan perkuliahan filsafat  pendidikan matematika, mau tidak mau harus mngenal filsafatnya dulu, mempelajari filsafat dulu. Lalu untuk pembahasan filsafat pendidikan matematika akan mengalir. 

Pembelajaran filsafat pendidikan matematika jika dikaitkan dengan kurikulum yang ada sekarang, membuat dosen dapat menilai dari awal. Seperti biasa, mahasiswa diminta mengomentari artikel-artikel yang ada. Dimana dalam menuliskan sebuah komentar, mahasiswa harus ikhlas. Ikhlas hati dan ikhlas pikir. Ikhlas hati berarti sungguh-sungguh, diniatkan diri, memiliki perasaan senang, dan bersemangat. Lalu ikhlas dalam pikir berarti memahami apa yang ditulis, baru disampaikan ke dalam bentuk tulisan. 

Tidak ada filsafat kalau tidak membaca. Sehingga rumusnya adalah membaca, membaca, dan membaca. Lalu dengan membaca, maka kita akan cerdas dengan sendirinya. Objek filsafat itu yang ada dan yang mungkin ada. Dimana terdapat metode dan prinsip hidup, yaitu komunikasi. Jika tidak pandai komunikasi, berarti itu bodoh karena komunikasi tidak lancar dan akan ada akibatnya.

Alat berfilsafat adalh bahasa analog. Dimana bahasa analog itu lebih tinggi dari pada kiasan. Misal, hati dan pikiran. Hati bisa berarti spiritual, Tuhan, doa, akhirat. Kemudian pikiran dapat berarti logika, ilmu pengetahuan, dunia. Bahasa analog yang digunakan dosen terlihat pada tulisan elegi-elegi yang ada. Bahasa analog dipilih karena dapat mengomunikasikan bahasa yang sulit disampaikan dengan bahasa biasa dimana bahasa biasa terbatas ruang dan waktu.

Berfilasafat itu berhenti sejenak. Memperjelas segala hal yang dikerjakan dan dituju. #Berpikir dan #Berencana

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Matematika dan Pendidikan Matematika: Jawaban dari soal-soal Filsafat Pendidikan Matematika

Perjalanan Ahad Kemarin

Menikah Atika - Wisnu