Refleksi Kuliah Filsafat Matematika dan Pendidikan Matematika



Dalam filsafat, terdapat sifat keragu-raguan yang dialami manusia. Biasanya kita sebut dengan Skeptis, fenomena ini dialami oleh rene Descartes, awal mula dia bermimpi dan mimpinya sangat nyata dan dia tidak bisa membedakan antara mimpinya dan kenyataaan, kondisi Prancis di sana sedang musim salju dan hanya terlihat putih menutupi semuanya. Sehingga konteksnya menjadi homogen, berbeda dengan di Indonesia yang bervariasi. Dia ingin mencari kepastian, karena da masih ragu-ragu. Semua yang dilihat tidak dapat dipercaya termasuk Tuhan. Pada akhirnya dia menemukan Tuhan dengan belum mempercayai dulu atau meragukannya. Menemukan bahwa aku  ini sedang bertanya, itu membuktikan bahwa aku itu ada, saya jika berpikir maka saya ada.

Kita berfilsafat harus sesuai norma yang berlaku dan prinsip yang dipegang. Kita selama ini belajar dan membahas mengenai filsafat. Oleh karena tata cara berfilsafat tak berhingga banyaknya, maka kita bagaikan anak ayam yang menginjak-injak lumbung padi.
Lalu, Transenden merupakan suatu sifat yang ada di dimensi di atasnya. Misalnya Ayam itu dewanya cacing maka sifat ayam transenden pada cacing. Cacing tidak menyadari sifat ayam. Pada kehidupan, Pak Rektor transenden bagi mahasiswa, begitu juga Dosen transenden bagi mahasiswa. Kita mengetahui sedikit sifat dosen, tetapi dosen mengetahui banyak tentang mahasiswa begitu jua pak Rektor.
Sedikit, Sebagai calon pendidik dan para pendidik haruslah memiliki dasar dan fondasi untuk belajar filsafat. Karena dunianya siswa itu adalah dunianya menjawab salah. Salah satu aliran filsafat yang penting dipahami bagi calon pendidik adalah fallibisme. Dengan adanya filsafat fallibism menyadarkan kita bahwa siswa menjawab salah itu adalah benar.
Dalam dunia filsafat, terdapat suatu istilah yaitu Falibism yang artinya bahwa  salah itu benar. Hal ini yang menjadi pertanyaan, kok bisa? Hal ini di maksudkan ketika dalam kehidupan di sekolah, terdapat siswa yang mendapat nilai ulangan harian nol (0) karen salah menjawab semua pertanyaan guru. Ternyata bahwa dia salah menjawab itu bener-bener salah. Kita ketahui bahwa dunia anak-anak tidak terlepas dari dunianya menjawab salah. Jadi jangan sekali kali guru memarahi siswanya sapa tahu gurunya tidak mengerti filsafat. Manfaat dari falibism untuk tidak menyombongkan dirinya atas nilai itu.
Pada hakikatnya, filsafat adalah pikiran dalam kepala dan adanya agama adalah hati. belum semuanya yang ada di dunia ini bisa selesai untuk didefinisikan. Misalnya definisi cinta dari suami kepada istrinya. Sehebat-hebat pikiran manusia tidak akan mampu mengetahui relung-relung hatinya. Setinggi-tinggi manusia tidak akan mampu mengetahui takdir tuhan. Dunia ini berstruktur dan bersinergis, maka janganlah kita menyombongkan diri untuk mengetahui segalah rahasia Tuhan.
Sebaik-baik kita belajar filsafat dapat diperoleh dari sekitar kita asalkan kita peka dan selalu berpikir ke depan baik- buruknya agar tidak salah langkah. Salah sedikit kita bisa terperosok di jurang ketersesatan yang tak tahu arah jalan pulang. 
Dosen
Prof. Dr. Marsigit, M. A

Hari dan tanggal      : Rabu,  4 November 2015
Tempat                     : Ruang PPG 1
Waktu                       : Pukul 12.40-15.20 WIB

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Matematika dan Pendidikan Matematika: Jawaban dari soal-soal Filsafat Pendidikan Matematika

Perjalanan Ahad Kemarin

Menikah Atika - Wisnu