Sakit

Kali ini aku ingin bercerita. Ingin sekali mencari tempat mencurahkan semua yang sedang ku rasakan. Namun, tak jarang aku merasa tak seharusnya bercerita hal seperti itu. Apa lagi yang kurasakan kemarin. Aku sakit. Ya. Aku merasakan sakit. 

Tapi, aku merasakan banyak kebimbangan. Di satu sisi, aku ingin ada yang perhatian padaku saat aku sakit. Tapi di sisi lain, aku ingin terlihat tegar dengan tak menceritakan apa yang aku rasakan. Aku ingin selalu terlihat baik-baik saja dan orang-orang tak perlu tahu apa yang kurasakan. Tapi apa daya. Aku adalah orang yang sangat senang bercerita. Ingin sekali menceritakan setiap hal yang aku rasakan, aku alami, aku pikirkan pada teman-teman yang kupunya. Tapi untuk yang satu ini, aku bingung sekali. Ah, satu lagi. Untuk hal seperti ini, sakit, aku lebih leluasa bercerita ketika sudah merasa baikan. He, seperti sekarang ini. Aku akan bercerita tentang apa yang kualami beberapa hari lalu. ^^


---

Beberapa hari lalu.
Jumat lalu.
Siang itu aku berencana ingin pergi ke suatu tempat. Tapi aku lupa. Setelah sholat zuhur, aku memutuskan tidur siang. Ntahlah. Siang itu aku bermimpi sesuatu yang buruk. Ingin sekali menceritakannya pada orang, tetapi aku teringat bahwa mimpi buruk tak boleh diceritakan.
Kau tau apa yang kurasakan?
Aku ketakutan. Terbangun begitu saja dengan keadaan tubuhku tegang, berkeringat, napas berat. Aku ketakutan. Yang kulakukan adalah ritual kecil ketika terbangun dari mimpi buruk. Ta'awuzh dan seolah berludah. Ya, itu yang kutahu dari agamaku. Tapi, aku masih ketakutan. Segera kuhubugi teman yang kuanggap lebih paham, anak pondok, Muth dan guru ngajiku. Mereka memberi beberapa saran dan kulakukan. 
Aku mengambil air wudhu, mengaji, tetapi aku masih saja ketakutan. Seluruh tubuhku terasa sakit. Aku hanya bisa menangis. Aku takut sekali. Mungkin karena aku lupa berdo'a atau niat tidur yang tidak baik. Entahlah, aku tak begitu mengingatnya lagi. Yang pasti aku masih ketakutan dan merasakan sakit di sekujur tubuhku. Rabb... Karena hal itu, aku meninggalkan beberapa kegiatan dan hanya mampu berada di dalam rumah selama dua hari. Rabb, apakah imanku sedang sakit pula? :'(
 
----

Kemudian, Senin dan Selasa lalu. Aku hanya mampu berada di atas tempat tidur. Berpindah hanya untuk makan, sholat, dan bersih diri. Setelah itu, aku hanya mampu  terbaring di atas tempat tidur. Rabb.. Perutku terasa sakit, tetapi bukan diare. Aku menyukai saat-saat aku tertidur karena aku tak harus menahan rasa sakit. Aku tak tahu harus minum obat apa. Aku pikir hanya masuk angin biasa. Tapi perutku terasa sangat sakit dan mual. Setelah beberapa hari sebelumnya terbaring karena sakit setelah mimpi buruk, aku harus terbaring kembali. 
Rasanya ingin pulang. Selalu. Setiap merasakan sakit rasanya ingin pulang. Selalu teringat ketika sakit dulu. 
Sakit dulu. Ya, aku punya penyakit. Terlalu sering sakit kepala sampai rasanya ingin mati saja dan pernah samai harus menabrakkan kepala ke dinding saing sakitnnya. Ketika di cek, CT-scan dan lain-lain itu, ternyata aku tak sakit apa-apa. Ntahlah, Setiap sakit kepala itu terjadi mendadak di malam hari saat orang-orang tertidur. Aku hanya mampu menangis dan memanggil ummi.Tak lama, ummi akan datang di antara kantuknya dan mengelus kepalaku hingga aku merasa tenang dan bisa tertidur kembali. Ah, ingin menangis mengingat kejadian-kejadian seperti itu.

Kembali lagi. Setelah merasa sakit 2 hari, ummi menelepon di Selasa sore. Ummi merasakan aku tak baik-baik saja meski aku berusaha terlihat biasa. Ah, ngobrol sana sini, ketahuan lagi sakit dan ummi langsung menyuruhku membeli obat. Ya Rabb, aku lupa kalau aku punya penyakit maag. Ummi ngomel dengan gayanya. Kok bisa-bisanya aku menahan sakit berhari-hari sendiri dan lupa kalau punya sakit maag. Ah, ummiiiiiiii.... Ternyata. Kenapa juga aku bisa lupa. Maag yang sudah lama itu kulupakan karena beberapa bulan ini aku tak merasakannya.
.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Matematika dan Pendidikan Matematika: Jawaban dari soal-soal Filsafat Pendidikan Matematika

Perjalanan Ahad Kemarin

Menikah Atika - Wisnu