Emosional

Berada di sini adalah sebuah ke-emosional-an
Aku emosional kembali ke Jogja dan memutuskan tinggal di sini

Emosional sekali. Satu bulan lebih di kampung halaman, tapi hati masih terikat dengan Jogja hingga kahirnya dinyatakan bisa ke Jogja untuk wawancara dan proses lainnya. Ya, aku mendaftarkan diri bekerja pada sebuah lembaga pendidikan. Bukan sebagai guru, karena ijazah Strata 1 yang kumiliki tak begitu mendukung, aku mendaftar sebagai pendamping asrama.

Emosional sekali. Beberapa lama, aku diterima dan memasuki dunia baru. Bertemu lingkungan baru, aturan baru, teman baru, amanah baru, dan tentunya tantangan baru. I'm so excited to face it!

---

Tentu banyak yang terjadi.
Sudah satu tahun aku berada di Jogja -kembali. Hari semakin hari menemukan masalah baru. Entahlah. Sepertinya aku yang benar-benar bermasalah.

Aku memang mengalami sesuatu. Tak pernah aku membayangkan itu sbelumnya. Berat. Berkali berusaha masih saja kualami. Tak hilang begitu saja. Melekat.

Aku sudah berusaha, tapi karena hal itu juga, rasanya usahaku tak pernah sukses. Tak pernah membuahkan hasil karena hal itu menghalangi juga.

Aku semakin emosional.
Hal itu berakibat pada sisi-sisi yang lain. Berefek yang tak begitu baik. Sepertinya aku harus pergi saja dari sini. Terlalu kompleks masalahnya.Sepertinya, yang terbaik adalah aku menyelesaikan masalah yang melekat ini baru bisa menyelesaikan masalah yang lain.

Aku semakin emosional.
Bukan hanya satu dua orang. Bukan hanya pada orang-orang baru. Tapi pada banyak orang. Tapi pada orang-orang lama juga. Semua rasanya semakin pudar. Aku semakin tidak mengenali diriku sendiri.

Aku semakin emosional.
Masalah ini tak hanya tentang yang seumuran. Tapi juga dengan yang lebih muda. Juga dengan yang lebih tua. Juga dengan keluarga mereka.

Aku semakin emosional.
Aku takut zholim. Aku takut. Aku takut masalah pribadiku menyeret ruang yang lebih luas. Menuntut waktu yang lebih banyak. Menyentuh pihak yang lebih beragam.

---

Aku emosional.
Jika aku mundur, selanjutnya aku akan apa?
Jika aku menarik diri, apakah aku akan lebih baik?
Jika aku pergi, akankah kebaikan datang padaku?

Aku emosional.
Terlalu naif rasanya jika aku hanya memikirkan apa yang akan terjadi dengan diriku.
Keterlaluan rasanya jika aku terus mengharapkan yang terbaik untuk diriku.
Sedang banyak yang dirugikan.

Aku emosional.
Selama ini aku sok tegar.
Aku sok menanggapi apapun dengan muka garang.
Aku sok.
Nyatanya aku bergitu ketakutan.
Nyatanya aku begitu rapuh begini.
Nyatanya, air mataku tak henti jatuh menguraikan semua ini.

Aku emosional.
Aku tak pantas untuk siapapun.
Aku tak pantas lagi di sini.

---

Pojok komputer kantor guru. Bersama alunan musik list youtube yang ku like. Ditemani gelapntya langit setelah hujan sepanjang sore ini. Dipenuhi rasa bersalah dan ketakutan menghadapi semua yang terjadi.
21.58 WIB
Ahad, 20 Mei 2018. 2 pekan sebelum kembali ke kampung halaman.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Matematika dan Pendidikan Matematika: Jawaban dari soal-soal Filsafat Pendidikan Matematika

Perjalanan Ahad Kemarin

Menikah Atika - Wisnu