Apa ini? (takut)

Selasa, 15 Maret 2016

Hari itu berjalan seperti biasa. Pagi kuliah, siang bertemu dan berbincang bersama teman-teman di perpustakaan Masjid Mujahidin yang ada di IEC lantai 1. Masuk waktu ashar kami sholat dan berpisah setelahnya. Teman-temanku pergi dan aku naik ke IEC lantai 2 untuk mengikuti Madrasah Thulabiyyah 2 bersama ust. Deden Anjar dan membahas mengenai tafsir surat An Naziat. Kelas berjalan dengan baik dan aku pun mendengarkan dengan seksama.  


Namun, ketika waktu menunjukkan sekitar 17.30 WIB, dadaku terasa sakit dan aku hanya mampu menahannya. Tubuhku berkeringat menahan sakitnya di atas kursi hingga kelas bubar menjelang maghrib dan keluar satu per satu. Saat itu ada salah satu teman yang menanyakan keadaanku. Dia tahu aku sering mendadak tidak sehat dan menungguku. Perlahan, aku tak mampu menahan sakit dan hanya mampu menangis di peluknya. Sakit. Rasanya sakit sekali. Aku hanya mampu menangis menahan rasa sakit yang semakin menjadi-jadi.

Magrib tiba. Rasa sakitku tak kunjung reda. Malah terasa semakin sakit saja. HIngga akhirnya aku dibaringkan di lantai bersama dua temanku yang sedang uzur sholat. Aku masih menangis. Semakin lama rasa sakitnya menjalar di sekujur tubuhku. Mulai tangan, badan, hingga kaki, dan tak luput kepalaku. Rasa sakit itu membuatku sesekali meraung kesakitan dan hanya menggeliat menahannya. Entahlah, aku tak tahu karena apa itu. Jika dikatakan karena maag, seingatku aku sudah memperbaiki pola makanku. Jadi ini apa?

Hampir setengah jam aku menahan sakit, menangis, meraung, dan menggeliat. Temanku hanya bingung, sedikit panik, dan mencoba membimbingku untuk istighfar. Tiba-tiba, aku berhenti menangis dan seluruh tubuhku tak mampu kurasai. Semuanya tak terasa dan tak bertenaga. Mataku tak ingin mengedip, hanya mampu terbuka dengan sangat lama.

Mereka ------
Aku berada di kelas yang banyak takmir masjid di sana. Orang-orang memanggil KSR PMI UNY untuk membantu menanganiku. Satu perasatu mereka berdatangan. Pun ada 2 teman sekelasku. Teman-teman KSR menanganiku. Kata mereka, denyut nadiku sangat cepat dan tidak normal. Tetapi tubuhku tidak merespon sedikitpun. Mereka mencubit kakiku, tanganku, bahkan mengarahkan jari ke mataku. Tetapi aku tetap tak kesakitan atau sedikit merespon tindakan mereka.  Lama. Mereka memanggil seorang anak KSR, laki-laki, dan menanyakan aku terkena sesuatu atau tidak dan dia bilang tidak. Ntahlah, aku tak memahaminya. Lama, karena aku tak merespon, mataku tak mengedip, dan wajahku tanpa ekspresi, akhirnya mereka semua memutuskan untuk membawaku ke Rumah Sakit.

Aku diangkat dengan tandu. Diturunkan ke lantai bawah. Di bawah, semakin banyak orang yang mengerumuniku. Awalnya aku ditaruh di luar karena dikira mobil sudah datang, namun karena semakin ramai, mobil belum tiba, dan ingin mengurangi perhatian, aku dibawa masuk kembali. Di dalam, laki-laki tadi menekan kepala dan tanganku. Entah apa aku tak mengerti tujuannya untuk apa. 

Aku --------
Rasanya sakit sekali. Aku hanya bisa menangis di dalam kelas, meraung dalam keadaan terbaring. Tiba-tiba tubuhku tak bergerak. Kaku. Lemas. AKu tak mampu merasakan tubuhku dan aku terbaring sempurna. Mataku hanya mampu menatap ke langit-langit ruangan, dengan tatapan kosong tanpa berkedip. Rasa sakit di sekujur kakiku perlahan hilang dari ujung jari-jari. Ya Rabb.. Rasa sakit itu perlahan hilang dari ujung menjuju lutut dan berakhir di pinggang. Cukup sudah. Aku tak merasakan tenaga apapun di sekujur kaki. Aku merasakan sakit di kepala seperti ditarik. 

Aku mampu melihat dan mendengar apa yang terjadi di sekitarku. Namun tak satupun dari tubuhku mampu merespon. Aku pun bingung dan takut. Tiba-tiba, aku teringat detik-detik ketika seseorang diambil nyawanya. Aku merasakan semuanya persis seperti itu. Kakiku mendingin. Yang kurasakan adalah sakit di kepala semakin mejadi dan bagian dada juga perutku panas. Seperti ada sesuatu yang bergejolak berputar-putar di dalamnya juga ke lenganku. Rasanya membuatku panas dan sesak. Aku hanya bernapas sepotong-sepotong dan beberapa detik sekali. Semua orang sangat ribut. Bahkan ada yang membacakan doa di telingaku. Sedang aku? Aku hanya berusaha membaca syahadat berulang kali di dalam hati. Aku takut. Takut sekali. Rasanya sakit. Sakit sekali. Di satu sisi, aku berpikir, Ya Allah, jika memang ini saat terakhirku, lakukanlah dengan cepat. Rasanya sakit. Cukupkan saja semua ini. Namun, di sisi lain, aku berpikir tentang orang tuaku. Umi dan Abi di rumah yang akan kutinggalkan. Rabb, aku benar-benar takut, tak lagi mampu berpikir.

Hingga ketika aku diturunkan dengan tandu. Aku tahu. Ada laki-laki yang menekan kepala dan keningku, aku tahu. Aku bisa merasakan sakitnya. Ketika kepalaku ditekan ke bawah, rasanya ada sesuatu yang turun ke bawah juga. Ntah, aku tak mampu banyak berpikir dan terus-terusan bersyahadat di dalam hati.
------

Tak lama, mobil datang dan aku diangkat kembali dengan tandu. Ada mba-mba KSR yang katanya mengatakan kalau beban ku berat (jelas saja, badanku besar gini). Aku dibawa ke RS Sardjito dan menddapat penanganan di IGD. Teman-teman ada yang menemaniku di dalam. Perlahan aku tersadar dan bsa merespon. Dokter mengecek gulaku. Suster menyuntikkan obat di lenganku. Sakit.

Awalnya aku tak mampu merespon. Lemas sekali rasanya. Perlahan aku mampu mengedip, menggerakkan tangan dan kaki, kemudian berbicara dengan pelan. Teman-teman banyak menungguku. Ada yang membelikan minum, membelikan bubur, menyuapiku, menghiburku. Ah, mereka menemaniku. Sekilas, tampak ada satu dua beberapa yang mengintip dari jendela. Ah, aku punya teman.

Semua itu berakhir dengan aku yang tak perlu diinapkan di RS dan pulang sekitar jam 10 malam. Semaput yang sangat lama.

Pun di rumah aku hanya mampu beristirahat.

-----

Sehat itu sangat nikmat jika sakit. Entah apa yang kurasakan saat itu, itu membuatku takut dan lebih ingin berusaha lebih baik dari waktu lalu. Skripsi, amanah, dan segala macamnya ingiin segera kuselesaikan dengan maksimal. Meski selama 5 hari aku berkutat dengan kamar saja, aku mencoba menjadi lebih baik. Aku tak tahu, kapan aku akan dipanggil. Seperti seorang teman seperjuangan di LJ tahun 2013 yang sudah menghadap Allah lebih dulu beberapa hari lalu karena sakit leukimia.

Allah... ampuni aku... terimalah taubatku... tunjukkanlah aku selalu jalan yang lurus.. aamiin... :')

Aku mencintaimu, Bi, Mi.., keluargaku, saudaraku... sahabatku... ^_^

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Matematika dan Pendidikan Matematika: Jawaban dari soal-soal Filsafat Pendidikan Matematika

Perjalanan Ahad Kemarin

Menikah Atika - Wisnu