Katanya (Bersama)

Katanya, seseorang itu tidak akan mampu berjalan sendirian. Ia pasti butuh orang lain dalam perjalanannya. Entah sebagai penunjuk jalan, sebagai tempat singgah, sebagai penerang dikala gelap, sebagai teman bicara, sebagai orang yang menyaingi, sebagai penonton, sebagai penegur, sebagai angin lalu, dan sebagai apapun. Hal yang pasti ialah butuh orang yang membantunya berdiri jika ia terjatuh, membantunya melihat jika matanya mulai buram, membantunya berjalan jika kakinya mulai lelah, membantunya untuk sembuh jika ia mulai sakit, dan membantunya menegur jika ia mulai salah. 


Katanya, berjalan tidak sendiri itu melelahkan dan merepotkan. Harus menjaga selain dirinya sendiri. Harus menunggu jika yang lain kelelahan. Harus membantu jika yang lain kesusahan. Harus mengobati jika yang lain sakit. Harus membuat bahagia jika yang lain sedih. Harus menegur jika yang lain salah. Harus memperlambat jalan jika yang lain tertinggal. Harus mempercepat langkah jika tertinggal jauh. Harus menjaga agar tetap berjalan bersama beriringan. 

Katanya, dalam sebuah perjalanan yang tak sendiri harus ada yang menjadi pemimpin. Harus ada yang memutuskan memilih jalan mana ketika bercabang. Harus ada yang memilih berhenti di jarak mana ketika ada yang mulai lelah. Harus ada yang memilih melewati gunung atau lembah. Harus ada yang memilih lebih baik berjalan lebih cepat atau lebih lambat. Harus ada yang mengambil keputusan apa hal terbaik bagi semua yang ikut berjalan agar sampai ke tujuan dengan selamat. 

Katanya, setiap keputusan yang ada harus dengan kesepakatan bersama seperti musyawarah. Melakukan sebuah tindakan atas dasar musyawarah. Memilih jalan atas dasar musyawarah. Menjalankan setiap hal dari hasil musyawarah. Semua hal harus dimusyawarahkan dan hasil musyawarah haruslah didengarkan dan ditaati oleh semua yang ikut musyawarah. 

Katanya, seseorang boleh melakukan sesuatu di luar hasil musyawarah. Seperti yang disebut inisiatif. Melakukan sesuatu yang belum diputuskan dari hasil musyawarah. Melakukan sesuatu di luar keputusan musyawarah. Merubah beberapa hal dari hasil musyawarah. Ya, katanya itu boleh. Katanya, boleh berinisiatif merubah keputusan musyawarah dengan keputusan pribadi. Tapi katanya, inisiatif itu hanya bisa dilakukan jika seseorang harus melakukan sesuatu untuk kebaikan bersama dan tidak dapat menunggu yang lainnya untuk musyawarah karena sudah terdesak. Bukan berinisiatif merubah sendiri keputusan musyawarah tanpa musyawarah kembali karena merasa keputusan pribadi itulah yang paling benar dan seharusnya dilakukan sejak awal. 

Katanya, hasil musyawarah tetaplah hasil yang terbaik. Orang yang melaksanakan hasil musyawarah, lalu ternyata keputusan musyawarah itu benar dan berhasil, maka orang yang bermusyawarah akan mendapatkan pahala dua. Lalu jika keputusan musyawarah itu kurang tepat atau bahkan mungkin gagal, maka orang yang bermusyawarah tetap mendapat pahala satu. Ya, pahala musyawarah. Jadi, katanya, penting untuk mencari teman dalam perjalanan dan perjuangan. Teman akan membuat perjalanan semakin berwarna dengan bumbu semangat, bahagia, syukur, sabar, ikhlas, tabah, berbagi, mengingatkan, dan menguatkan. Lalu penting pula untuk bermusyawarah dan melaksanakan hasil musyawarah dengan baik. Musyawarah membuat setiap pihak merasa mampu memberikan pendapat dan diolah bersama untuk hasil terbaik. 

 Bersemangatlah! Katanya, semangatnya satu orang akan menumbuhkan semangat untuk yang lainnya. 

(Atika I. J. , 2016)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Matematika dan Pendidikan Matematika: Jawaban dari soal-soal Filsafat Pendidikan Matematika

Perjalanan Ahad Kemarin

Menikah Atika - Wisnu