Pertengkaran Kecil Kemarin
**Sedih bila kuingat tengkaran itu
Membuat jarak antara kita
Resah tiada menentu hilang canda tawamu
Tak ingin aku begini tak ingin begini
Membuat jarak antara kita
Resah tiada menentu hilang canda tawamu
Tak ingin aku begini tak ingin begini
Sobat rangkaian masa yang tlah terlewat
Buat batinku menangis
Mungkin karena egoku mungkin karena egomu
Maaf aku buat begini maaf aku begini
Reff :
Bila ingat kembali janji persahabatan kita
Tak kan mau berpisah karena ini
Pertengkaran kecil kemarin cukup jadi lembaran hikmah
Karena aku ingin tetap sahabatmu**
Buat batinku menangis
Mungkin karena egoku mungkin karena egomu
Maaf aku buat begini maaf aku begini
Reff :
Bila ingat kembali janji persahabatan kita
Tak kan mau berpisah karena ini
Pertengkaran kecil kemarin cukup jadi lembaran hikmah
Karena aku ingin tetap sahabatmu**
#Edcoustic-Pertengkaran Kecil
Lagu ini sudah mengalun berkali-kali dari laptop merahku. Ah, ini berawal dari baca status sahabatku Anggun Ardhiani. Mak jleb banget rasanya. Terbayang-bayang sudah banyak hal di otakku tentang kenangan-kenangan yang sudah berlalu. Semua berkelebat abu-abu di ruangan kecil ini.
Aku teringat pertengkaran dengan kawan satu amanah itu. Kawan, aku benar-benar tak bermaksud untuk mengganggpmu tak ada atau tidak mempercayai keberadaanmu. Aku ini wanita, boi. Aku menggunakan lebih banyak perasaanku untuk menghadapi berbagai permasalahan. Termasuk permasalahan tentang amanah-amanah itu. Aku menggapnya itu masalah pribadi yang harus kuselesaikan terlebih dahulu. Aku tak ingin membebankan permasalahan itu di pikiran kalian. Maaf, aku pun terlalu panik. Aku benar-benar harus memberikan keputusan final dalam waktu kurang dari 12 jam.
Dalam waktu sesingkat itu aku memutuskan untuk menolak amanah selanjutnya yang akan kuterima tahun depan. Kau tahu, boi, aku benar-benar tak dapat menerima amanah itu karena orang tuaku belum meridhoiku untuk mengecap amanah itu. Lalu konsekuensinya adalah, aku harus mencari penggantiku yang benar-benar berkompeten. Lalu aku memilih salah satu sahabat kita di amanah saat ini. Aku memilihnya bukan karena aku ingin mengusirnya dari amanah kita bersama. Bukan karena aku ingin merusak rancangan amanh kita yang sudah dibuat untuk ke depannya. Bukan karena dia tak pantas di amanah rancangan itu. Tapi sungguh, aku merasa dialah yang paling baik untuk amanah itu. Dialah yang paling kupercaya mampu mengemban amanah itu. Dia memiliki apa yang dibutuhkan untuk amanah itu.
Aku minta maaf. Kau merasa begitu marah. Awalnya aku heran, apa yang membuatmu marah. Setelah bertemu, kau katakan kami (red:aku) lancang mengambil keputusan itu. Boi, kau marah begitu saja padaku yang mengambil keputusan itu. Kau marah padaku sehingga kau memojokkanku begitu jauh. Sakit boi.Di sisi lain, aku merasa kau tak rela jika dia yang kupilih menggantikanku. Apakah kau merasa aku tak memiliki kompetensi sebaik dia untuk amanah yang kau rancang itu? Apakah aku sebegitu salahnya untuk ini semua?
**Ia ibarat kaca yang berdebu
Jangan terlalu keras membersihkannya
Nanti ia mudah retak dan pecah
Ia ibarat kaca yang berdebu
Jangan terlalu lembut membersihkannya
Nanti ia mudah keruh dan ternoda
Ia bagai permata keindahan
Sentuhlah hatinya dengan kelembutan
Ia sehalus sutera di awan
Jagalah hatinya dengan kesabaran
Lemah-lembutlah kepadanya
Namun jangan terlalu memanjakannya
Tegurlah bila ia tersalah
Namun janganlah lukai hatinya
Bersabarlah bila menghadapinya
Terimalah ia dengan keikhlasan
Karena ia kaca yang berdebu
Semoga kau temukan dirinya
Bercahayakan iman**
Jangan terlalu keras membersihkannya
Nanti ia mudah retak dan pecah
Ia ibarat kaca yang berdebu
Jangan terlalu lembut membersihkannya
Nanti ia mudah keruh dan ternoda
Ia bagai permata keindahan
Sentuhlah hatinya dengan kelembutan
Ia sehalus sutera di awan
Jagalah hatinya dengan kesabaran
Lemah-lembutlah kepadanya
Namun jangan terlalu memanjakannya
Tegurlah bila ia tersalah
Namun janganlah lukai hatinya
Bersabarlah bila menghadapinya
Terimalah ia dengan keikhlasan
Karena ia kaca yang berdebu
Semoga kau temukan dirinya
Bercahayakan iman**
#Maidany-Kaca yang Berdebu
Oke, kau bilang aku masih belum menganggap amanah kita adalah ikatan keluarga. Sehingga aku tak terbuka untuk masalah (yang ternyata) kau anggap serius ini. Boi, kau bilang aku mengambil keputusan hanya sebelah pihak. Kau membentakku boi! Tak pernah sebelumnya ada yang membentakku (selain ayahku karena aku lalai). Terlebih lagi kau lakukan itu di tempat ramai. Allah, tidakkah kau perhatikan hati rapuh manusia seperti aku ini? Tidakkah kau peduli dengan aku yang semakin terlihat muram karena emosimu? Aku tahu kau terdidik keras. Kau kecewa. Kau marah. Kau, kau tak suka dengan ini. Tapi sekali lagi, setidaknya jangan kau lakukan itu dihadapan dia yang akan menggantikanku. :'(
Tapi, boi, sudahlah. Sudah 3 hari aku memendam kekesalan. Aku tak ingin amanah yang kita emban kini terlalaikan karena egoku. Aku ingin semuanya dapat berjalan kembali. Maaf untuk keputusan yang tak bisa kutarik lagi, tak bisa berubah lagi. Maaf juga tak memahami teman-teman yang lain yang belum tentu mendapatkan apa yang diinginkan atau mendapat amanah yang kita harap. Semoga waktu setelah hari ini dapat menjadi lebih lembut pada kita, lebih ramah pada hati kita. Ingat, yang penting sekarang do'a, ikhtiar, dan tawakkal. Aku ingin amanah yang masih kita emban bersama ini tetap menyatukan ukhuwah anatara aku dan kamu, antara aku dan kalian, antara kita dan mereka, antara semua manusia di muka bumi ini :)
Sudahlah, aku menganggap apa yang kupermasalahkan sudah selesai meski masalah yang -mungkin- kau anggap belum selesai itu menggantung. Aku ingin kita kembali dalam sebuah keluarga yang harmonis, yang bersatu untuk memperjuangkan amanah kita. Maaf, aku hanya mencoba mengubah sikapku untuk tidak terlalu berlebihan kepada orang lain. Bukannya aku masih kesal atau marah. Aku hanya mencoba untuk terus memposisikan diri agar amanah ini tetap berjalan dan mampu mengajak teman yang lain ikut bejuang dalam kebaikan yang kita perjuangkan ini.
Bismillah... Medan juang itu semakin terlihat, kawan. Semakin terlihat di sudut waktu sana. :) Pertengkaran kemarin itu, pertengkaran kecil kemarin itu, semoga menjadi media pembelajaranku untuk tidakmengambil keputusan sendiri ketika itu menyangkut kita bersama dan terus memaafkan orang lain. Bismillah, mari bersaudara ^_^3
Rasulullah SAW bersabda :
“Janganlah kamu saling membenci, saling mendengki, dan saling
bermusuhan, tetapi jadilah kamu hamba-hamba ALLAH SWT yang bersaudara.
Tidak halal seorang muslim mendiamkan (Tidak menyapa saudaranya lebih
dari 3 hari)”
(HR. Muslim)
Sudahlah, aku menganggap apa yang kupermasalahkan sudah selesai meski masalah yang -mungkin- kau anggap belum selesai itu menggantung. Aku ingin kita kembali dalam sebuah keluarga yang harmonis, yang bersatu untuk memperjuangkan amanah kita. Maaf, aku hanya mencoba mengubah sikapku untuk tidak terlalu berlebihan kepada orang lain. Bukannya aku masih kesal atau marah. Aku hanya mencoba untuk terus memposisikan diri agar amanah ini tetap berjalan dan mampu mengajak teman yang lain ikut bejuang dalam kebaikan yang kita perjuangkan ini.
Bismillah... Medan juang itu semakin terlihat, kawan. Semakin terlihat di sudut waktu sana. :) Pertengkaran kemarin itu, pertengkaran kecil kemarin itu, semoga menjadi media pembelajaranku untuk tidakmengambil keputusan sendiri ketika itu menyangkut kita bersama dan terus memaafkan orang lain. Bismillah, mari bersaudara ^_^3
Komentar
Posting Komentar