Secuil Kebaikan dari Setitik Keberanian
![]() |
Donor yuuuk ^_^ |
DONOR darah, kawan!
Hari ini HIMATIKA FMIPA UNY, khususnya tim Kesejahteraan dan Advokasi (KESRAVO/KEPO 9) 2013 mengadakan Aksi Donor Darah (ADD) sebagai serangkaian Melody, Dies Natalis HIMATIKA ke-1. Agenda ini dilaksanakan sejak pagi hingga pukul 12 siang pada Selasa, 8 Oktober 2013 yang bertepatan dengan tanggal lahirnya Nung (Keluarga KDR-Team HIMATIKA 13) dan Mba Nanda (Ibu sejoli KEPO 9 HIMATIKA 13). Sekitar 38 kantung yang didapat dan aku menjadi salah satu pengisi kantung-kantung berharga itu.
Kawan, aku mencoba mendaftarkan diri untuk menjadi pendonor di hari sbelumnya. Yah, ini adalah kali pertamaku mendonor. Aku gugup sekali. Aku, seorang anak yang sangat takut melihat jarum dan melihat orang disuntik, memberanikan diri untuk ikut mendonor. Itu luar biasa bagiku. Hal itu dikarenakan aku yang sebelumnya mempunyai penyakit hipertensi atau tekanan darah rendah terancam tidak bisa mendonor. Sedangkan syarat umum menjadi pendonor ialah tidak dalam keadaan haid, berat badan minimal 50 kg, HB cukup, tekanan darah normal, tidak menderita penyakit cukup berat, keluarganya tidak terinfeksi penyakit seperti hepatitis, sudah sarapan, dan banyak hal lain yang tak bisa kutulis di sini karena aku lupa. Padahal semua itu tadi ada di lembaran yang harus kuisi. hehe..
Dari semua syarat itum ternyata aku memenuhi setiap halnya. Aku sedang tidak haid, berat badanku sangat cukup :D , HB cukup, tekanan darahku sudah normal, dan syarat-syarat lainnya. Wah, aku jadi deg-degan. Aku mengantri, menunggugiliran darahku akan diambil. hoho... Sembari menunggu, aku sms Abi dan Umi kalau aku jadi mendonor dan sedang mengantri. Kata Abi nggak usah deg-degan, santai aja. Lumayan berpengaruh si kata-kata Abi ^_^ Meski antrianku di lompati oleh 4 orang, aku tetap menunggu. Namun, aku merasa hal itu membuat rasa gugup itu jadi lebih lama.
Setelah seorang teman selesai mendonor, tiba giliranku. Pelan kumasuki mobil PMI Sleman, dan berbaring. Wih, makin gugup, kawan. Pertama, lenganku semacam ditensi, lalu diolesi cairan yang membuat dingin (alkohol kali ya, aku nggak tahu, hehe... ). Lalu, aku melihat jarumnya. Uwaaaaa, gede, boi! Lebih gede dari jarum suntik biasa, ataupun jarum infus. Aku diminta untuk mengepalkan tangan selama proses jarumnya dimasukkan ke lenganku. ckiiit, rasa rada gimana gitu. Kayak digigit semut-semut nakal. Cuma sedikit lebih ckit-ckit daripada saat tes HB di ujung jari.
Selama proses donor, aku memjamkan mata. Masih takut juga ternyata. Lalu kuberanikan menatap sekeliling, pendonor yang lain, televisi, hingga keadaan di luar mobil dan birunya langit pukul 12 siang saat itu. Pikiranku pun kemana-mana. Aku mencoba untuk terus menenangkan diri. Aku mengingat almarhumah mba Anisya, yang berjuang dalam sakitnya selama 3 bulan lebih itu. Aku berpikir, aku adalah milik ummat, termasuk darahku. Maka aku harus menyisihkan beberapa ml darahku untuk sesama, untuk yang membutuhkan. Selain itu, aku mengingat orang-orang yang sudah donor. Toh mereka semua tetap sehat, maka aku pun akan sehat pula setelah mendonor nanti.
Menit demi menit berlalu, aku mulai merasa pusing. Aku pun mulai merasakan setiap darah yang berpindah dari lengan ke jarum. sreet, sreet, aku merasakan setiap tetesnya. Ternyata kegugupanku membuat darahnya sedikit terhambat. Selain itu, petugas PMI mulai bertindak mengurusi jarum di lenganku. Dua orang datang bergantian menggerak-gerakkan dan mengatur posisi jarumnya. Di sisi lain, aku mulai merasa pusing. Ntahlah, aku merasa sedikit lelah, puyeng, griyeng, ntah apa itu namanya.
Akhirnya, tak lama setelah itu, petugas 1 mengatakan bahwa aku merasa pusing. Datanglah petugas 2 yang mengatakan, "Sudah, lepaskan saja.". Aku hanya tersenyum pelan. Jarum di lenganku akhirnya di lepas juga. Padahal kantong darah itu belum penuh. Aku diberi segelas teh hangat dan diminta untuk segera menghabiskannya. Yah, aku minum menggunakan tangan kiri. Tangan kananku yang digunakan untuk memasukkan jarum tadi masih belum bisa digerakkan. Hah, rasanya kaku sekali. Menggerakkan jari-jari saja terasa sakit. Akhirnya aku tetap berbaring sedang pendonor yang lain sudah keluar. Aku sedih, aku belum bisa mendonor dengan sempurna, kantongnya tidak penuh.
Di sedikit rasa sedih itu, aku merasa cukup bahagia. Akusudah bisa mengalahkan ketakutanku akan jarum dan mendonor. Allah, rasanya luar biasa. Subhanallah, ada rasa hangat tersendiri setelah mendonor. Aku bisaaaa... Donor tak semengerikan seperti yang kubayangkan selama ini. Jarum yang katanya besar itu, tak cukup besar untuk mengalahkan keinginanku mendonor hari ini. Meski masih harus beristirahat setelah keluar dari mobil, aku masih semangat untuk kuliah. hehe...
Setetes darahku hari ini adalah bukti setitik keberanianku untuk secuil kebaikan yang ingin kuberikanpada orang lain. Semoga darah di kantung yang tak penuh itu masih bisa digunakan untuk menolong orang lain. :')
Allahu Akbar!! Semangat donor 3 bulan kedepan ^_^9
Komentar
Posting Komentar