Ini Caraku
Layaknya kunang-kunang yang mencintai malam dalam redup, agar terlihat makin bersinar.
Layaknya bumi yang mencintai matahari dalam jaraknya, agar tetap bertahan.
Layaknya aku yang mecintainya dalam diam, agar tetap berkah jalan ini. :)
Terkadang cinta pada manusia tak perlu kau ungkap. Lebih lagi ketika yang kau anggap cinta itu adalah orang yang belum pantas kau sebut cinta ;)
Ah, tiba-tiba aku bicara cinta saja. Padahal aku sedang tak merasainya. Hanya saja, lingkungan membuatku memikirkan cinta dan suatu ikatan suci pengerat cinta.
Aku bicara seperti karena mendapatkan undangan walimahan yang akan dilaksanakan di hari yang sama dan berita yang lain untuk minggu selanjutnya. Seorang mbak yang luar biasa, seorang mbak yang istimewa, dan seorang teman seangkatan. Ah, mba Rah, mba Lan, Ukh Wid. ^_^
Mendengar berita ini, rasanya ada banyak perasaan yang menyelimuti. Mendengar mereka akan melaksanakan walimatul 'ursy, rasanya.. Ah, aku bingung.. hehe
Tepatnya ini tentang hasil bincang-bincang siang antara zuhur hingga ashar bersama seorang 'agen kebaikan' di fakultas sebelah, FBS. Ukh Nggun :D
Ya, bicara walimah, bicara persiapan dan kesiapan. Begitu banyak yang harus disiapkan sebelum jenjang itu ditempuh. Tetap saja, aku berpegang dengan al ilmu qobla amal. Ilmu ini masih belum cukup untuk ke arah sana. Dan aku? Ah, aku dari hari ke hari malah semakin takut mendengar kata itu jika terjadi pada diriku.
Aku rasa aku belum siap apapun. Saat ini masih ada buanyak ilmu yang harus dipahami. Dan ini bermula ketika membayangkan aku harus hidup dengan seorang yang sudah jelas berbeda pemikiran, berbeda kepala, dan mungkin akan berbeda orientasi atau apalah itu semacamnya nanti. Ya, aku terlalu takut membayangkan banyak hal yang harus disatukan antara 2 kepala.
Aku masih kuliah juga. nBaru semester 4 lagi. Rasanya ilmu matematika yang ku geluti pun belum maksimal sama sekali. Nilai-nilaiku masih rendah. Padahal aku ingin jadi guru matematika.
Ah, bicara menjadi seorang guru matematika, bicara pekerjaan di masa datang. Bagaimana jika nanti suamiku tidak mengizinkan bekerja atau tidak ingin tinggal di tempat asalku lahir. Ah, aku belum mempersiapkan jawaban-jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan itu dan pertanyaan lain yang entah dapat terpikir kapan.
Itu aku. Aku merasa masih banyak yang harus ku pelajari sebelum jenjang itu ku pijak.
Tapi untukmu mba, untukmu teman, semoga kalian sudah siap semuanya. Aku harap kalian menjadi keluarga SAMARA, sakinah mawaddah, warohmah. :)
Kalian bisa! Barokallah ^_^
Dan aku?
Tetap dalam diam dan belajar.
Aku tetap dalam diam dan memahami.
Aku tetap dalam dian dan menata hati ^_^
Dalam diam, mencoba untuk terus mendekatkan diri pada Rabb dan menyerahkan semuanya pada-Nya.
Katanya juga, jodoh itu di tangan Tuhan. Tapi kalo kamu nggak usaha buat ngambilnya, ya tetap ada di Tuhan dan nggak keambil. :P
Aku tetap diam dan menjalankan caraku.
Aku pada caraku dan fokus untuk tetap menjadi agen kebaikan di kampusku. :')
Semangat terbina dan membina! :)
Layaknya bumi yang mencintai matahari dalam jaraknya, agar tetap bertahan.
Layaknya aku yang mecintainya dalam diam, agar tetap berkah jalan ini. :)
Terkadang cinta pada manusia tak perlu kau ungkap. Lebih lagi ketika yang kau anggap cinta itu adalah orang yang belum pantas kau sebut cinta ;)
Ah, tiba-tiba aku bicara cinta saja. Padahal aku sedang tak merasainya. Hanya saja, lingkungan membuatku memikirkan cinta dan suatu ikatan suci pengerat cinta.
Aku bicara seperti karena mendapatkan undangan walimahan yang akan dilaksanakan di hari yang sama dan berita yang lain untuk minggu selanjutnya. Seorang mbak yang luar biasa, seorang mbak yang istimewa, dan seorang teman seangkatan. Ah, mba Rah, mba Lan, Ukh Wid. ^_^
Mendengar berita ini, rasanya ada banyak perasaan yang menyelimuti. Mendengar mereka akan melaksanakan walimatul 'ursy, rasanya.. Ah, aku bingung.. hehe
Tepatnya ini tentang hasil bincang-bincang siang antara zuhur hingga ashar bersama seorang 'agen kebaikan' di fakultas sebelah, FBS. Ukh Nggun :D
Ya, bicara walimah, bicara persiapan dan kesiapan. Begitu banyak yang harus disiapkan sebelum jenjang itu ditempuh. Tetap saja, aku berpegang dengan al ilmu qobla amal. Ilmu ini masih belum cukup untuk ke arah sana. Dan aku? Ah, aku dari hari ke hari malah semakin takut mendengar kata itu jika terjadi pada diriku.
Aku rasa aku belum siap apapun. Saat ini masih ada buanyak ilmu yang harus dipahami. Dan ini bermula ketika membayangkan aku harus hidup dengan seorang yang sudah jelas berbeda pemikiran, berbeda kepala, dan mungkin akan berbeda orientasi atau apalah itu semacamnya nanti. Ya, aku terlalu takut membayangkan banyak hal yang harus disatukan antara 2 kepala.
Aku masih kuliah juga. nBaru semester 4 lagi. Rasanya ilmu matematika yang ku geluti pun belum maksimal sama sekali. Nilai-nilaiku masih rendah. Padahal aku ingin jadi guru matematika.
Ah, bicara menjadi seorang guru matematika, bicara pekerjaan di masa datang. Bagaimana jika nanti suamiku tidak mengizinkan bekerja atau tidak ingin tinggal di tempat asalku lahir. Ah, aku belum mempersiapkan jawaban-jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan itu dan pertanyaan lain yang entah dapat terpikir kapan.
Itu aku. Aku merasa masih banyak yang harus ku pelajari sebelum jenjang itu ku pijak.
Tapi untukmu mba, untukmu teman, semoga kalian sudah siap semuanya. Aku harap kalian menjadi keluarga SAMARA, sakinah mawaddah, warohmah. :)
Kalian bisa! Barokallah ^_^
Dan aku?
Tetap dalam diam dan belajar.
Aku tetap dalam diam dan memahami.
Aku tetap dalam dian dan menata hati ^_^
Dalam diam, mencoba untuk terus mendekatkan diri pada Rabb dan menyerahkan semuanya pada-Nya.
Katanya juga, jodoh itu di tangan Tuhan. Tapi kalo kamu nggak usaha buat ngambilnya, ya tetap ada di Tuhan dan nggak keambil. :P
Aku tetap diam dan menjalankan caraku.
Aku pada caraku dan fokus untuk tetap menjadi agen kebaikan di kampusku. :')
Semangat terbina dan membina! :)
Komentar
Posting Komentar